Dengan durasi kurang lebih ten menit, tarian ini semakin dikenal luas dan tidak jarang muncul dalam mata kuliah Fakultas Ilmu dan Budaya sebagai praktik sendratari.

Saat ini, tari Topeng telah dikembangkan menjadi beberapa varian, di antaranya adalah sebagai berikut:

Adalah tarian yang memiliki makna bahwa penari wanita yang berasal dari negri istana langit. Awal mulanya, tarian ini biasanya hanya untuk acara resmi yaitu menghibur rakyat. Tarian Bedhaya Ketawang ini dilakukan oleh sembilan orang penari wanita.

Bawahan. Penari memakai rok yang dapat melebar sehingga memberi kesan dinamis. Untuk yang laki-laki juga mengenakan bawahan rok, namun dibalut dengan kesan maskulin dengan atribut yang lain.

Tari tersebut adalah tari baksa kembang umumnya ditampilkan saat kegiatan upacara pernikahan di kalimantan selatan. Tarian tersebut adalah tari baksa kembang. Properti pada tarian adalah suatu media atau perlengkapan yang menjadi ciri khas dari pementasan suatu.

Sama seperti penyewaan motor, cara paling bagus mencari jasa lease car di Bali adalah menggunakan Google.

Ada dua versi yang menjadi asal-usul tarian ini. Versi pertama menceritakan tentang Sultan Agung Hanyakrakusuma (pemimpin Kesultanan Mataram tahun 1613-1645) yang website mendengar senandung dari langit saat sedang melakukan tapa atau semedi.

Kata Bungong Jeumpa memiliki arti bunga cempaka dalam bahasa Aceh. Dalam masyarakat Aceh bunga cempaka memiliki kaitan yang erat dengan masyarakat, biasanya setiap rumah di Aceh menanam bunga ini di pekarangannya masing-masing.

Justru, hingga masa ini tarian tersendiri Surakarta ini masih dianggap sakral dan jati. Para penari haruslah sembilan wanita gadis dan tidak dalam keadaan steril. Maksudnya yakni enggak boleh dibawakan oleh penari wanita nan sedang haid.

Hal ini membuat Sultan Agung Hanyakrasuma terpesona. Paginya, beliau memanggil para empu karawitan untuk membuat gendhing yang mengacu pada kejadian yang dialami beliau sewaktu bersemedi.

Gerak-gerak dalam tari baris menggambarkan ketangguhan para prajurit Bali di masa lalu. Tarian ini menekankan keseimbangan dan kestabilan langkah kaki serta kemahiran memainkan senjata. Kedua pundak penari diangkat hingga hampir setinggi telinga. Kedua lengan nyaris selalu pada posisi horizontal dengan gerak yang tegas.

Hal tersebut diajarkan melalui gerakan-gerakan badan dan kaki yang menyerupai tarian. Tarian tersebut kemudian digunakan oleh penghuni 

Tarian tradisional tersebut termasuk jenis tarian klasik yang dipertunjukkan untuk menghibur keluarga keraton dan menyambut tamu aguang seperti raja atau pangeran. Tari Baksa Kembang di tarikan oleh putra-putri keraton.

Tari Cokek ini disebut sebagai tarian interaktif antara penari dan penonton. Sang penari membelitkan selendang ke penonton dan penonton pun dilarang menolak ajakan untuk menari bersama.